Sinar matamu mengiris hatiku halus.
Kuusapkan telapak tangan ke wajahku yang pucat.
Terlihat jelas ketakutanku kehilanganmu .
Rasamu mengalir dalam nafasku.
Kubelai rambut diantara kelembutan angin malam
Terasa getaran menyatu diujung jari-jariku
Tak tahu lagi meski kuapakan getar ini
Limpahan nuansa hati enggan menepi
Tak akan kutinggalkan hatimu meski terasa pilu
Telah terpatri janji pada kedalaman nuraniku
Walau menyatu kegalauan kasih dalam angan semu
Meski kekuatan malam hendak menikamku
Kuusapkan telapak tangan ke wajahku yang pucat.
Terlihat jelas ketakutanku kehilanganmu .
Rasamu mengalir dalam nafasku.
Kubelai rambut diantara kelembutan angin malam
Terasa getaran menyatu diujung jari-jariku
Tak tahu lagi meski kuapakan getar ini
Limpahan nuansa hati enggan menepi
Tak akan kutinggalkan hatimu meski terasa pilu
Telah terpatri janji pada kedalaman nuraniku
Walau menyatu kegalauan kasih dalam angan semu
Meski kekuatan malam hendak menikamku
Adakah kau bertanya akan aku ketika aku Tak pernah menulis satu kata? Adakah kau akan mencari namaku ketika aku Tak pernah meninggalkan kesan? Adakah kau pernah menerima aku berbeda dengan Narasiku? Narasiku adalah produksi otakku yang bersahaja Tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang diproduksi oleh niatku yang subjektif Narasiku memberi tahu tentang aku ke dunia |