Rerumputan menyirat jejakjejakmu.
Jadi jalan setapak.
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak.
Kupetik dari perjalanan berliku.
Bukankah selalu kutanam perdu penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu.
Ketika kau melintas jalan setapak rerumputan menjaga jejakmu.
Basah seperti butir airmata yang enggan jatuh.
Meski terasa jenuh menunggumu dalam diam yang membisu
Kucoba telusuri hati yang berkarat.
Kucoba membasuh dengan air mata setiaku.
Kembali aku terjerat.
Dalam bingkai kenangan yang enggan berlalu.
Sudikah kau eja satu persatu.
Rangkai aksara tak bermakna dalam narasiku?
Sudikah kau mengertiku?
Agar rasa ini tak menyiksaku.
Jadi jalan setapak.
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak.
Kupetik dari perjalanan berliku.
Bukankah selalu kutanam perdu penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu.
Ketika kau melintas jalan setapak rerumputan menjaga jejakmu.
Basah seperti butir airmata yang enggan jatuh.
Meski terasa jenuh menunggumu dalam diam yang membisu
Kucoba telusuri hati yang berkarat.
Kucoba membasuh dengan air mata setiaku.
Kembali aku terjerat.
Dalam bingkai kenangan yang enggan berlalu.
Sudikah kau eja satu persatu.
Rangkai aksara tak bermakna dalam narasiku?
Sudikah kau mengertiku?
Agar rasa ini tak menyiksaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar