Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia
Merampai menemani anganku
Dalam galau aku mencari alamat hatimu.
Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi,
Tanpa ombak tanpa nyanyi,
Lalu kutenggelam dalam bening puisi.
Itulah yang istimewa tentang dirimu,
Dan tak ingin kudengar lagi nada sumbang tentangmu.
Memanfaatkan peluang hingga salah jalan
Ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu,
Aku terhanyut lautan teduh tak henti memikirkanmu
Karena aku bukanlah orang yang pandai mencari kesempatan
Aku juga tak mampu memanfaatkan peluang
Dari dulu hingga kini aku tetap seperti ini
Aku berusaha bisa melakukan apa yang memang harus aku lakukan
Meski hasilnya tak maksimal
Aku hanya bisa berserah diri padaNya
Untuk bisa memiliki semangat hidup lagi
Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras,
Mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.
Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti,
Menyusuri garis sungai keberuntunganku.
Setiap garis adalah makna.
Membawaku pada muara bernama cinta.
Aku di sini melukis sawah yang menguning dengan jejak hidupku.
Rerumputan, ilalang, kenangan,
Dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta.
Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya
Tempat kita menghabiskan waktu dan bara.
Setiap bintang adalah karunia.
Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.
Dengan berlaksa doa
Aku ingin menulis seperti sebaris embun diatas daun
Yang kauselipkan dan kubisikkan pada seliris kuntum di bibirmu.
Cukup manis walau hanya sebait senyum.
Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata.
Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.
Dalam catatan yang tanpa penat
Dalam penantian yang tak berujung
Dan dalam kekaguman yang terabaikan
Terinspirasi dari tulisan sang MENTARI SENJA DIAMBANG MALAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar